Dasar
analisis faktor
Pengetahuan komprehensif dari operasi matematis yang
dilibatkan dalam analisis faktor, tidak
esensial dalam pemahaman teori sifat dan faktor dari kepribadian, tetapi
deskripsi umum mengenai teknik tersebut akan cukup membantu.
Untuk menggunakan anlisis faktor, seseorang dapat
memulainya dengan memmbuat observasi
spesifik dari banyak orang. Obeservasi ini kemudian dikuanitifikasikan dalam
beberapa cara, sebagai contoh, tinggi badan diukur dalam inchi; berat badan
dalam pon; kemampuan dalam skor tes; performa kerja dalam skala rating; dan lainya.
Sifat yang di dapatkn dari analisis faktor dapat
bersifat unipolar dan bipolar.
1. Sifat unipolar
mempunyai skala dari nol sampai satu angka besar.
Contoh:
Tinggi
badan, berat badan, dan kemampuan intelektual
2. Sifat bipolar
meluas dari satu kutub ke kutub lain, dengan angka nol merepresentasikan titik
tengah.
Contoh:
Introversi
versus ekstraversi, liberalisme versus konservatisme, dan dominasi social versus
sifat pemalu.
Teori
faktor eysenck
Eysenck, berargumen bahwa kecanggihan psikometri
saja tidak cukup untuk mengukur struktur kepribadian manusia dan dimensi
kepribadian yang di dapatkan dari metode analisis faktor yang bersifat steril
dan tidak bermakna, kecuali jika sudah terbukti mempunyai suatu eksistensi
biologis.
Kriteria
dalam Mengidentifikasi Faktor
Eysenck membuat daftar empat kriteria dalam
menidentifikasi suatu faktor:
1. Bukti
psikometrik untuk eksistensi faktor harus ditentukan
Kesimpulan dari kriteria ini adalah
bahwa faktor harus reliabel dan dapat di replikasi.
2. Faktor
harus mempunyai keterwarisan (heritability)
dan harus sesuai dengan model genetis yang sudah dikenal sebelumnya.
Kriteria ini mengeliminasi karakterisitik yang dipelajari, seperti kemampuan untuk
mengimitasi suara – suara dari orang – orang terkenal atau keyakinan agama
ataupun politik.
3. Faktor
harus masuk akal saat dipandang dari segi teoritis
Eysenck menggunakan metode
dedukatif dalam melakukan investigasi, dimulai dengan satu teori, kemudian
mengupulkan data yang konsisten secara logis dengan teori tersebut.
4. Faktor
harus mempunyai relevansi sosial
Yaitu faktor yang didapatkan secara matematis harus
mempunyai suatu hubungan dengan variabel sosial yang relevan, seperti kecanduan
obat – obatan.
Hierarki
Organisasi Perilaku
Eysenck mengenali suatu hierarki empat level dalam
pengorgansasian perilaku,yaitu:
1. Level
terendah adalah kognisi atau tindakan spesifik, dapat berupa prilaku atau
pikiran yang mungkin atau tidak merupakan karakteristik dari seseorang. Contoh,
suatu murid yang menyelesaikan suatu tugas membaca.
2. Level
kedua adalah tindakan atau kognisi yang umum, yaitu respon yang terjadi secara
berualang dalam kondisi yang serupa. Contoh, seorang murid sering bertahan
dengan suatu tugas sampai tugas tersebut selesai maka perilaku ini dapat
menjadi respon yang umum.
3. Level
ketiga yaitu sifat. Sifat terdiri dari beberapa respon umum yang saling
berhubungan. Contoh, murid akan mempunyai sifat yang tekun apabila mereka
terbiasa menyelesaikan tugas kelas dan
terus bekeja pada tugas – tugas lain sampai benar – benar selesai.
4. Level
keempat yaitu tipe atau super faktor. Suatu tipe terdiri dari beberpa sifat
yang saling berkaitan. Contoh, ketekunan dapat berkaitan dengan inferioritas,
penyesuaian emosional yang buruk, sifat pemalu sacara sosial dan beberapa sifat
lainya, yang kesemuanya dapat membentuk tipe introversion.